Nonton Jikustik Lagi Setelah 9 Tahun

image

saat kau tak ada // atau kau tak di sini // terpenjara sepi kunikmati sendiri // tak terhitung waktu ‘tuk melupakanmu //aku tak pernah bisa // aku tak pernah bisa

Jum’at malam nggak jadi nonton Barasuara, besoknya mendadak nonton Jikustik. Lalu Brian lewat di depanku untuk mbribik salah satu penonton cewek, yang cantiknya glow in the dark, dengan lagu Saat Kau Tak di Sini. Adegan itu bisa dilihat di Saat Kau Tak di Sini.

Belakangan, sebelum di jalan ketemu poster konser ini, aku sedang

Baca lebih lanjut

Kuliah DI MANA?

*Suatu malam di satu gedung pentas di Kota Jogja, setelah pementasan suatu kesenian. Aku (A) bertemu dengan teman lama (TL).
A : Hei… (sapaku ketika melihatnya di dekatku)
TL : Eh… Kamu… (sambutnya sambil tersenyum, mata agak berbinar)
Aku : Iya… Gimana kabar? (tanyaku tersenyum, gesture ketemu temen lama)
TL : Iya, baik juga. Kamu sama siapa ke sini?
A : Sendirian. Kamu?
TL : Iya, sendirian juga aku.
A : Ha… Iya sih. Aku tadi ngajak temen juga, tapi ga jadi orangnya. (ujarku menerangkan)
TL : Hmm… Gitu… Kamu tadi duduk di mana?
A : Di depan tuh… (jawabku sambil menunjuk arah tempat dudukku sebelumnya)
TL : Ooo… Aku di bagian tengah tadi.
A : Eh iya, kamu sekarang di mana kuliah?
TL : Antropologi.
A : Antropologi…? (jawabku menggumam dan agak mikir sebentar, kampus mana ya yang ada Antropologi? mungkin kampus besar…)
A : UGM? (tanyaku lagi, menebak-nebak)
TL : Iya… (jawabnya sambil tersenyum) Kamu?
A : Aku di Amikom, Informatika. (jawabku terang)
TL : Hmm… (katanya sambil agak mengangguk)
~ lanjut mengobrol…

*Tadi siang di Perpustakaan Kota Jogja, bertemu lagi dengan seorang teman lama.
TL : (tersenyum melihatku, mungkin udah ingat siapa aku)
A : Eh… Rosa, bukan? (tanyaku coba meyakinkan)
TL : Iya… (jawabnya sambil tersenyum)
A : Gimana kabar? (tanyaku dengan gesture ketemu temen lama)
TL : Baik…
A : Lagi sibuk nih? (kulihat buku catatan penuh coretan berwarna dan stabilo di tangannya)
TL : Lagi belajar aja, nih. Di rumah nggak bisa belajar, rame.
A : Hmm… Dari kapan (di sini)?
TL : Udah lumayan sih. Dari jam berapa ya? Udah dari jam 9-an tadi…
A : Eh iya, kamu katanya pindah kampus ya?
TL : Iya, di UMY, KG.
A : KG?
TL : Kedokteran Gigi…
A : Oh… Lho, emang sebelumnya di mana sih?
TL : Tadinya di Geografi.
A : Geografi? Di UGM?
TL : Iya, UGM…
~ dan obrolan berlanjut…

Tampaknya cuma obrolan biasa ya? Bertemu teman lama dan tanya-tanya biasa. Ya begitulah umumya kalau bertemu teman lama… Sebagai catatan, bahwa dialog di atas itu benar-benar terjadi belum lama ini. Pada beberapa kesempatan aku bertemu dengan teman lama jaman sekolah pakai seragam dulu.

Tapi lihat lagi dua dialog di atas. Coba perhatikan ketika Aku menanyakan β€œdi mana” kuliahnya teman lamaku, bagaimana jawabannya pertama kali? πŸ™‚

Haha… πŸ˜€ Ya, bukan nama kampusnya yang disebut pertama kali, tapi nama jurusannya! Sampai-sampai aku harus bertanya lagi untuk memastikan. Rasa-rasanya kok sudah jelas ya konteks pertanyaanku: di mana (pertanyaan yang substansi jawabannya menunjukkan tempat, ya kan? dan dalam hal ini, tempat itu nama kampus). Mungkin lebih cocok ketika aku bertanya APA, dan jawabannya adalah jurusan. πŸ˜€

Ya, pikiran tentang kejadian semacam itu muter-muter di kepalaku akhir-akhir ini. Sederhana sebenarnya, tapi kok ya terasa ngganjel (jawa: mengganjal) ya? πŸ˜€ Ketika aku menanyai di mana kampusnya teman lamaku atau orang yang baru kukenal dan dijawabnya dengan langsung menyebut nama jurusan, kuliah mereka di UGM. πŸ˜‰

Bukan maksudku menyebut bahwa mahasiswa UGM sering menjawab di luar konteks “di mana” dan “apa“, tapi setelah kuingat-ingat lagi tentang siapa kenalan-kenalanku atau teman-teman lamaku yang kutanyai β€œkuliah di mana?” dan langsung menjawab nama kampusnya duluan, mereka kuliahnya bukan di UGM.

Ada beberapa contoh nyata nih, ya. Aku punya teman-teman lama yang kutemui di facebook dan ketika kutanyai β€œkamu kuliah di mana?” ada yang langsung menjawab YKPN, UAD, MMTC, UII, Amikom, UNY, atau kampus lainnya yang masih terletak di Jogja. Kuliah di jurusan apa baru mereka sebutkan setelah aku menanyakan lebih lanjut. Lalu ketika dulu aku kenalan langsung dengan teman-teman baru di suatu komunitas sepeda juga demikian. Ketika kutanyai kuliah di mana, yang langsung menyebutkan nama kampusnya itu bukan mahasiswa UGM, ada yang dari UNY, dari UII, dari Atma Jaya, dari Amikom; baru kemudian menyebutkan jurusannya ketika kutanyai lebih lanjut. πŸ™‚

Entah apa yang terkondisi di “Kampus Gadjah” hingga mahasiswanya lebih cenderung menyebut nama jurusan terlebih dulu daripada nama kampus ketika kutanyai β€œkuliah di mana?”. Yang sering kudengar cenderung langsung menyebutkan jurusan semisal kuliah di MIPA, Geografi, Manajemen, Kehutanan, Antropologi, Fisipol (HI, Komunikasi, …) dll. Aku berharap mahasiswa masih mencintai almamaternya sehingga tidak susah menyebutnya.

Tapi aku juga sempat terpikir, sebagai orang Jogja – jangan-jangan aku yang terlalu polos atau aku yang terlalu nggak tau jika seorang mahasiswa kuliah di Jogja dan ditanyai β€œkuliah di mana?” lalu jawabannya langsung menyebutkan jurusannya, maka itu sudah pasti kuliah di UGM. (Lha wong UGM sudah nama besar kok pakai ditanyai? Masuk UGM itu saingannya banyak dan yang bisa masuk situ kebanyakan orang pinter-pinter. Orang pinter kok ditanyai kampusnya, ya jawab langsung jurusannya lah. Woo… Mahasiswa polos!) 😦 *ish, ish, ish… [Upin-Ipin mode:ON]

Tapi secara rasional, setahuku kampus di Jogja itu buanyak jumlahnya. Apakah yang punya jurusan Manajemen cuma UGM? Apakah yang punya Fisipol juga cuma UGM? Apakah yang punya jurusan Teknik cuma UGM? Geografi hanya di UGM? Dan setahuku di UIN juga ada jurusan Ilmu Komunikasi, UII punya Kedokteran, jurusan Teknik beragam ada di mana-mana. Ya, nggak? πŸ˜‰

Aku paham, mungkin tidak semua mahasiswa UGM seperti itu. Dan aku sama sekali tidak ada maksud menyudutkan atau menjelekkan kampus tertentu, toh juga sama-sama mahasiswa yang sedang belajar. Mungkin aku saja yang belum bertemu dengan mahasiswa UGM yang menjawab lugas sesuai konteks pertanyaanku β€œdi mana”. Mungkin juga teman-teman lamaku atau kenalan-kenalan baruku yang mahasiswa UGM itu sedang punya masalah sehingga tidak begitu memperhatikan konteks pertanyaanku. Tapi aku yakin dengan sangat bahwa aku ingat konteks jawaban dari β€œteman-teman UGM”-ku, karena kuamati. Dan itu yang jadi ide untuk tulisan ini :).

Semoga aku bisa tetap konsisten dengan konteks pertanyaan lawan bicaraku. Aamiin

*note: mungkin bisa dibuktikan pengalamanku di tulisan ini, silahkan tanyai teman lama atau kenalan baru tentang di mana kampusnya. dan perhatikan jawabannya, itu… πŸ™‚

*Suatu saat, ketika bertemu dengan teman lama jaman SD dulu, cewek…
TL : Eh, Tsani! Waah… Lama nggak ketemu ya? Gimana kabar?? (gesture terkesiap)
A : Lho, kamu toh? Baik-baik kok, cuma lagi banyak tugas kampus. (balasku senang melihatnya)
TL : Eh, tambah cakep juga ya kamu sekarang. Haha… (katanya menggoda, dan aku terseyum cool – tambah cantik juga ni anak, pikirku…) Kamu kuliah, Tsan?
A : Iya, di Kampus Ungu. Kamu?
TL : Hmm… Aku di Hukum nih, Tsan… (jawabnya agak pelan dan sedikit memalingkan muka)
A : Lho? Kamu dihukum? Emang bikin masalah apa? (mendengar jawabannya, simpatikku tiba-tiba terbangun)
TL : Hukum, Tsaniii… Kuliah di jurusan Hukum, UGM..!! (serunya)
A : Ooo… Ngomong yang jelas, dong…