Ivan Lanin dan Syntax Error

Ivan Lanin dalam kuliah umum Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki di Kafe Basabasi, Yogyakarta (24/3).

“Kalau mau konsisten, pelajari bahasa komputer! Itu pasti konsisten,” nasihat Ivan Lanin kepada orang-orang yang mencari kekonsistenan dalam Bahasa Indonesia. Sebelumnya ia menyebut bahwa bahasa manusia selalu mengandung Baca lebih lanjut

Dari 5 kembali ke 5

Apa maksudnya judul tulisan ini? Yah… tidak lebih hanyalah sebuah refleksi tentang pengalaman diri sendiri mengenyam pendidikan dari tingkat SD sampai dengan terakhir kemarin STM selama kurang lebih 12 tahun. Bukan mau narsis atau menonjolkan diri, tetapi hanya ingin share pengalaman, yang penting prosesnya!

Dari lima kembali ke lima. Dulu pertama kali aku mendapatkan ukuran peringkat prestasi belajar di kelas, atau yang bahasa jawanya adalah ranking :-), adalah rangking ke-5. Aku masih ingat tentang hal itu: kelas satu SD, di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, pada saat Tes Sub Sumatif pertama (TSS I) caturwulan I, nama kelasku satu B (I B), nama wali kelasku Dra. Sri Purwanti (biasa dipanggil Bu Sri. Ehm, orangnya agak galak… hehe..), kalau tidak salah waktu itu nama teman sebangkuku Danu, Danu Kisworo panjangnya, dan urutan nomor absenku sekitar urutan 30-an. Nah, ranking 5 dari 30-sekian anak itulah ranking yang pertama kali aku dapatkan, pemeringkatan hasil TSS I. Dan waktu itu masih belum kenal sama yang namanya nyontek atau nyonto atau nedhak atau ngerpek, ya masih kecil kok ya…

Dan… Inilah kabar-kabar SD lamaku itu, lihat di http://www.sdm4sby.com. SEKOLAH STANDAR NASIONAL!!! Aaagghhh…. betapa aku sekarang merasa menyesal harus meninggalkan SD Surabayaku itu, ikut orang tua pindah ke Jogja. Aku menyesal tidak lulus Sekolah Dasar di sekolah besar itu. Aku akhirnya lulus di SD Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta. Bayangin aja, meninggalkan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ketika aku selesai kelas 5 SD!! Tinggal setahun lagi tuh aku bisa lulus di sana! Andai waktu itu aku sudah bisa “lebih mikir”, maka aku pasti akan minta tinggal dulu dengan pakde atau bude yang tinggal di Surabaya setidaknya sampai lulus SD, tapi ya itu… masih kecil waktu itu, masih terlalu nurut sama orang tua. hiks… Tapi setidaknya aku bangga pernah menjadi bagian dari SD besar itu, walaupun bukan alumni resmi yang mungkin tercatat dalam database alumninya. fiuh….

Kembali ranking 5 lagi di akhir semester di STM. Ranking terakhir selama duduk di bangku sekolah formal. Peringkat ke-5 dari 29 anak, sekolahnya di SMK Negeri 3 Yogyakarta (STM 2 Jetis), jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, dan sebagainya, dan sebagainya…. :-p

Sebenarnya diawali dan diakhiri dengan ranking 5 bukan berarti stangnasi alias tidak berkembang. Jangan salah bro, gini-gini pernah ngerasain ranking pertama juga. Waktu itu di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, semester kedua di kelas satu, kepala masih suka aku tutupin pakai peci karena rambut keriting yang susah diatur dan jelek banget menurutku. Dan berlanjut ke posisi-posisi yang alhamdulillah tidak jauh dari sepuluh besar. Pokoknya ranking naik turun tapi nggak jauh-jauh. 😉

Hasil murni atau nggak tuh?! Terus terang aku baru berani kerjasama dengan teman sejak kelas dua SMP. Ya antara kepepet dan tidak bisa mengerjakan, juga ada kesempatan, ditambah teman yang tanya-tanya waktu ulangan, ya udah simbiosis mutualisme jadinya….  Tapi akhirnya aku sadar kalau kejujuran dalam menyelesaikan suatu hal itu jauh lebih bernilai daripada menutup-nutupi (huekk….), iya kok.

Sebenarnya menurutku, yang terpenting bukan ranking-rankingan seperti itu. Tapi proses belajarnya, sudah sejauh apa dia paham akan materi yang diberikan, sudah sejauh apa dia bisa menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan. Karena ternyata ada orang-orang yang “tampaknya bisa” tetapi dalam prosesnya dia tidak memaksimalkan potensi dia sebenarnya, menutup-nutupi kekurangan dengan jalan pintas, dsb (ngerti kan maksudnya?)

Proses bro… proses! Merangkak itu proses! If there’s a process, there’s a result. 😉

Ujian Nasional 2008

Akhirnya The Big Barrier itu telah kulewati dengan segala usaha dan upaya. Tinggal menanti sampai tujuan nanti, apakah sesuai harapan atau tidak. The Big Barrier yang kumaksud di sini adalah Ujian Nasional (Unas) SMK tahun ajaran 2007/2008. Tadi pagi jam 10.00 aku sudah resmi menyelesaikan unas tersebut. Meskipun aku tidak suka atau lebih tepatnya tidak setuju terhadap unas, aku tetap harus menyelesaikannya. It’s my responsibility too, I think.

Banyak hal yang terjadi di sekitar unas ini. Baik hal kecil maupun hal besar. Mulai dari persiapan-persiapan untuk unas, saat-saat mengerjakan unas, sampai ada temenku yang nangis setelah unas matematika karena merasa tidak bisa mengerjakan (mestinya cewek lah, masa cowok STM nangis?!).

Selasa, 22 April 2008 – Bahasa Indonesia
Hari pertama unas, kuawali dengan tahajud lalu shalat shubuh, sedikit nyocot dengan beberapa temen SMP lewat SMS, dan sedikit mengulang materi yang kira-kira keluar waktu unas. Kemudian siap-siap, lain-lain, dan berangkat. Berangkat naik sepeda karena memang dari rumah ke sekolah tidak jauh (SD di Surabaya dulu malah 5 kali lipatnya ada), jalanan rasanya sepi karena banyak anak-anak sekolah yang libur. Sampai sekolah kira-kira 15 menit sebelum unas dimulai.
Akhirnya bel berbunyi, unas dimulai. Berdo’a, terima LJK, terima soal. Atmosfer saat mengerjakan unas rasanya beda banget sama waktu latihan-latihan (lha yo mestine lah…). Jawaban-jawaban yang aku pilih rasanya kurang yakin kalau itu jawaban yang benar. Mungkin karena beda atmosfer itu tadi. Waktu latihan rasanya yakin sekali kalau jawaban yang aku pilih itu banyak benarnya, tapi di unas ini benar-benar beda. Memang ada jawaban yang kupilih itu rasanya sudah pasti benar. Tapi aku positif thinking aja, yang penting hasil karya sendiri, dan aku yakinkan bahwa nilainya nggak bakal terlalu buruk. Lha bahasanya sendiri masa nilainya buruk?!
* Target nilai: 7 – 9. Perkiraan nilai: 7 – 9 juga.

Rabu, 23 April 2008 – Matematika
Ini yang seru. Bukan karena phobia atau apa, Baca lebih lanjut