Menemani

Malam Minggu waktu itu. Minggu lalu. Di teras minimarket dari jam delapan malam sampai pagi jam satu. Pertemuan kesekian kali setelah tadinya kami lama tidak bertemu.

Niat awalnya kami janjian karena dia minta kuajari video editing. Tapi, niat tinggallah niat ketika obrolan lanjutan tentang pengalaman ber-Tuhan susah direm. Hehe.

Teman lama. Teman >

Berguru

Malam, malam ini. Buku ini. Menutup sebagian galauku akan pengembangan website.

Malam, sepuluh hari sebelum tanggal ulang tahun masehiku pada bulan terakhir 2013, aku mendengar puisi ini pertama kali dibacakan oleh penulisnya, Emha Ainun Nadjib. Puisi demi puisinya ia bacakan diiringi Gamelan Kiai Kanjeng. Merinding aku di akhir pertunjukan. Seperti ada daya magis yang muncul dari penataan cahaya, suara, dan gerak. Mungkin sejak itulah kesadaranku tentang seni pertunjukan iseng-iseng mulai tumbuh.

Salah satu yang berkesan kuat bagiku hari ini adalah Baca lebih lanjut

Tuhan pada kondisi default

Surat Al-Faatihah sebagai ‘ummul kitab’ alias ibunya Al-Qur’an, di dalamnya terdapat 2 ayat yang menyebutkan sifat Tuhan: Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Bayangkan, sifat ‘Pengasih lagi Penyayang’ sampai 2 kali disebut oleh “Sang Ibu”. Yaitu di ayat pertama dan ketiga. Aku menangkap bahwa inilah sifat asli Allah SWT yang tidak ada keraguannya sedikitpun. Sifat bakunya Tuhan.

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Perhatikan, bukan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, melainkan ‘lagi‘. Ini menunjukkan bahwa kemahaan Pengasih “satu paket” dengan Penyayang. Terintegrasi. Bukan yang berdiri sendiri (Pengasih / Penyayang) kemudian “dibungkus” dengan pengikat ‘dan‘.

Di versi terjemahan lain mungkin tidak dituliskan kata ‘lagi‘, ada yang dengan tanda koma (,) di antara dua sifat tersebut. Ada yang menyebut Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sama saja substansinya. Namun itu juga menunjukkan bahwa dua sifat tersebut dalam hal ini tidak terbagi satu sama lain. Pengasih sekaligus Penyayang.

Berarti memang Tuhan itu identik dengan Baca lebih lanjut

studying abroad

hmm… banyak hal terjadi akhir-akhir ini. rasanya Tuhan lagi banyak ngasih pelajaran ke aku. aku lebih suka menyebut kalau aku lagi “diajak” untuk iqra’ (membaca; maksudnya membaca hal2 yg tersirat), mengarahkan supaya aku ngerti “ini-itu hidup tu kayak gini lho tsan…” yah, kadang emang hal-hal nggak enak yang terjadi. tapi bakal susah sendiri kalau kita nggak belajar ikhlas. iya nggak? 🙂

studying abroad, alias belajar di luar negeri. ya, aku punya mimpi baru: studi di luar negeri. studi di Eropa maunya. mimpi baru di tengah mimpi-mimpiku yang lain. ada alasan tersendiri kenapa sampai ada mimpi baru itu.

pertama, setelah perenungan dari hal-hal yang aku temukan di luar, aku jadi ingat bahwa aku pernah baca salah satu potongan ayat Al-Qur’an yang menerangkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal (baca terjemah: QS. Al-Hujuraat 13 & QS. Ar-Ruum 22). aku ingin mengenal manusia-manusia lain yang oleh Allah diciptakan berbeda bangsa & suku denganku. aku pilih Eropa, ya karena aku tertarik dengan Eropa :).

yang kedua, akhir-akhir ini aku sering membaca. pas ke toko buku, aku lihat novel-novel yang sepertinya menarik. dan tanpa pikir panjang, aku beli sekalian beberapa novel dan buku lainnya. dan ternyata setelah dibaca, memang novel-novel yang benar-benar bagus! yang pertama novel Negeri 5 Menara, kisah 6 sekawan santri Pondok Modern dengan segala kehidupan pesantrennya (asli seru ni novel! :D) dan mimpi-mimpi yang terwujud melalui segala usaha dan doa. yang kedua ada novel Negeri Van Oranje, mengisahkan persahabatan 5 mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri kincir angin, Belanda, dengan segala kekocakan dan roman-roman dalam kesehariannya. yang menarik di Negeri Van Oranje adalah ketika sang penulis menggambarkan begitu detil suasana di Eropa, khususnya Belanda. jujur ya, aku sampai bisa membayangkan seperti apa suasana di dalam novel. aku membayangkan seperti latar di video klip Jason Mraz ft. Colbie Caillat yang Lucky :). kedua novel yang aku sebut di atas benar-benar novel menarik yang bikin aku ketawa sendiri di kost malem-malem :D. dan yang pasti sarat pelajaran hidup di dalamnya.

yang ketiga, aku merasa bahwa mimpi itu bisa terwujud melalui usaha keras, do’a dan pasrah sepenuhnya kepada Allah. aku merasa apa yang aku alami sekarang sudah jauh melampaui ekspektasi mimpiku waktu sekolah di STM. aku dulu pengen banget bisa kerja keluar kota, jauh dari orang tua/sodara, jauh dari temen, dengan tujuan: pengen hidup mandiri. eh… alhamdulillah tenyata benar-benar terjadi, ternyata gini rasanya mimpiku dulu tu :D. ada enaknya, banyak juga nggak enaknya, haha… dan rasanya jauh melebihi apa yang aku bayangkan dulu. 🙂

dan… o iya, satu lagi. sejak awal dulu baca novel Laskar Pelangi dan terutama Sang Pemimpi, terus terang mindsetku berubah. aku jadi punya prinsip bahwa apa yang kita impikan bisa benar-benar terjadi selama kita berusaha keras, berdo’a dan pasrah pada Tuhan. Tuhan tidak akan tinggal diam melihat hambanya yang berusaha keras mati-matian, itu yang aku yakini. “tidak akan tinggal diam” maksudnya adalah apa yang kita usahakan sering kali hasilnya terasa lebih dari apa yang kita bayangkan, itu bukti kekuasaan Tuhan.

kira-kira itu yang membuat aku merasa berani bermimpi dan insya Allah aku siap berusaha keras lagi demi mimpi-mimpi itu. dan aku berharap outputnya bisa bermanfaat nggak cuma buat aku, tapi yang lain juga…

semoga, amin….

~*okelah kalo begitu*~