Hari Buku Sedunia: Pengalaman Menangani Ebook Judul-Judul Buku di Indonesia

Dulu waktu gemar mendatangi acara bedah buku, peluncuran buku, kepenulisan, dan semacamnya, aku sempat kagum dengan salah seorang penulis buku yang sampai lupa dia sudah nulis buku apa saja.

Berarti dia sudah berkarya banyak, saking banyaknya sampai-sampai lupa sudah membuat buku apa saja. Itu keren, pikirku waktu itu. Hal itu kuketahui seusai acara waktu aku sempat tanya-tanya langsung ke si penulis.

Ketika akhirnya diperjalankan sampai tercebur di penerbitan buku kelupaan semacam itu kualami juga rupanya. Aku lupa judul buku apa saja yang pernah kukerjakan versi digitalnya.

Bertahun-tahun aku mengerjakan ebook seharusnya jumlah judul-judulnya sudah mencapai hitungan ratus. Oleh karena itu sebagian judul-judul buku yang telah kubuat versi ebook-nya kuunggah di Baca lebih lanjut

Ketika Penulis Bertutur

Hal sederhana tentang seorang penulis sejauh pengamatanku sebelumnya, yaitu kebiasaan dia menata logika di dalam tulisannya–yang tatanan itu sudah ada duluan di dalam kepalanya–tercermin pada kerapian tutur bicaranya. Bahkan ada penulis yang penuturannya terasa mudah dikutip dalam sekali dengar.

Kurang lebih sejak tiga minggu lalu beberapa acara yang diisi penulis buku kudatangi. Ada yang sifatnya berbagi wawasan, ada juga yang lebih bersifat pertunjukan. Namun rupanya pada salah satu acara tersebut aku menemukan penulis yang karyanya sudah banyak, hingga diterjemahkan ke bahasa asing, yang untuk bisa menangkap utuh maksudnya harus kuperhatikan betul kata demi kata yang diucapnya.

Maksud dia berbicara masih bisa terbaca arahnya ke mana. Tapi, sewaktu-waktu ada yang kurasa ucapannya Baca lebih lanjut

Takzim Kepada Songwriter

Penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2016 beberapa pekan lalu membuatku makin menaruh hormat pada musisi independen. Dengan tidak bernaung di bawah major label (yang umumnya bermodal besar), mereka bisa menciptakan karya yang menang keren daripada penaung major. Ini karena aku melihat Raisa dan Juni Records yang membawa pulang piala Penghargaan AMI 2016 untuk banyak kategori.

Karya berbicara. Sebenarnya aku paling suka dengan musisi yang nulis lirik sendiri, mengaransemen/memainkan alat musik sendiri, dan menyanyikannya sendiri. Itu menjadi sempurna ketika lagunya nggak Baca lebih lanjut

Separuh Buku Luar Biasa

Baru separuh buku luar biasa ini habis kubaca. Rasanya kok sayang sekali kalau cepat-cepat selesai membaca habis buku ini. Dan terus terang memang aku tidak bisa cepat-cepat membaca buku ini demi memahami maksud dari kalimat-kalimat yang penulisnya sampaikan.

Buku ini berjudul Proof of Heaven, berisi kisah pengalaman “pengelanaan” seorang dokter ahli bedah syaraf bernama Eben Alexander, MD saat mengalami mati suri yang disebabkan oleh virus yang menyerang syaraf otaknya. Lebih lengkapnya siapa dia cari saja di Google atau simak pembicaraanya di Youtube.

Tengah malam tadi kulanjutkan membaca buku ini sampai pada bab Berkah Melupakan. Aku beberapa kali bergumam mengagumi apa yang Eben tulis di bab ini, terutama pada beberapa paragraf akhir bab. Akan kucoba meringkas inti beberapa paragraf akhir bab tersebut.

Proof of Heaven, versi terjemah Bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Proof of Heaven, versi terjemah Bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Eben mengungkap bahwa

Baca lebih lanjut

Di Balik Fatin Lupa Lirik Lagu

Terima kasih, Tuhan, Fatin lupa lirik lagu! Di balik suara emasnya, Fatin bisa juga lupa lirik lagu di hadapan orang banyak.

Lupa lirik itu tidak salah. Ya, kan? Para juri X-Factor juga bilang bahwa lupa lirik lagu itu biasa. Ahmad Dhani dengan bangga mengakui suka lupa lirik lagu, bahkan bawa contekan lirik. Rossa mengaku lupa lirik awal lagu Madonna yang dinyanyikan bersama Fatin.

Dengan mencermati ekspresi Fatin dan komentar para juri jadi terungkap, kan? Bahwa Baca lebih lanjut

Dari Desa Hingga Ilmu Mesin Tik (catatan dari diskusi buku)

“Sepulang dari sini, bukan tentang buku ini yang akan Anda bawa. Tapi, ilmu apa yang ingin Anda pelajari dari yang sudah Anda dapat malam ini.”

Berkali-kali hadir di acara-acara diskusi/ obrolan/ bedah buku, buatku acara diskusi buku ini yang terlama waktunya dari awal hingga selesai. Dimulai menjelang jam 8 malam hingga selesai jam 12-an dini hari. Yaitu diskusi buku Indonesia Bagian Dari Desa Saya (IBDDS) karya Emha Ainun Nadjib yang diselenggarakan di Rumah Budaya EAN, Kadipiro, Yogyakarta pada Jum’at, 3 Mei 2013 lalu.

Gambar

Hadir sebagai pembicara resmi seperti yang tercatat di publikasi ada Toto Raharjo, EH Kartanegara, dan Patricius Cahanar. Serta sesi Pitutur Budaya oleh Emha Ainun Nadjib. Namun di tengah acara, ada beberapa teman Emha yang diminta untuk berbicara dan berbagi pandangan terkait tema buku yang dibahas dan tentang diri Emha.

Dibawakan oleh EH Kartanegara, acara berlangsung interaktif. Karta yang juga kawan Emha sejak muda adalah mantan wartawan Tempo dan dulu turut serta membidani lahirnya harian Republika.

Gambar

Pembicara pertama Patricius Cahanar dari Penerbit Buku Kompas selaku penerbit ketiga buku IBDDS sejak pertama kali diterbitkan akhir ‘70-an lalu. Tidak banyak yang dibicarakan Patricius. Ia membagi pandangan bahwa banyak buku “how to” tapi terkadang konteksnya tidak jelas. Semisal “Cara Cepat Jadi Kaya …”, “1 Menit Sukses Dengan …”, dsb. Itu berbeda dengan buku-buku yang menawarkan pemikiran yang mendalam, bukan instan.

Khasanah Desa dan Label Indah “Pembangunan”

Giliran berikutnya Toto Raharjo atau biasa dipanggil Pak Toto berbagi pandangan. Cukup panjang bahasan Pak Toto utamanya terkait dengan khasanah desa.

Gambar

Pak Toto menguraikan dalam buku IBDDS terdapat  Baca lebih lanjut

Gara-gara “My Great Adventure of Indonesia”

Percaya kalau Indonesia itu surga? Mau ikut jalan-jalan keliling surga, eh… Indonesia? Atau mungkin kamu pernah menjelajahinya? 😀

The Video Commercial (TVC) Djarum Super, “My Great Adventure of Indonesia”, seri kedua ini menurutku nggak kalah serunya dengan seri pertama tahun 2011 lalu. Yang aku perhatikan dari sisi musik scoring, begitu matching dengan adegan-adegan serunya. Kombinasi musik scoring dan sinematografi yang amazing buatku memang tidak terasa sebagai sebuah iklan. Malah seperti promosi pariwisata :D. Aku merinding tiap dengar scoringnya dan nggak bosan-bosan.

Dan setiap nonton “My Great Adventure of Indonesia” ini jujur aku malas melirik merek produsen rokok yang tampil :D. Aku bukan perokok (dan nggak mau ngerokok :D), tapi rasanya berterima kasih sekali pada produsen rokok Djarum yang telah membukakan mata khalayak tentang amazingnya surga bernama Indonesia ini (disamping secara tak langsung membukakan mataku bahwa Kemenbudpar do nothing ;)).

Tahun 2011 lalu pertama kali lihat seri pertama TVC “My Great Adventure of Indonesia” (MGAI), dalam hati aku berseru, “Ya, betul! Betul Indonesia seperti itu amazingnya!” Kenapa? Karena Baca lebih lanjut

Ketika ‘Ngawur’ Menjadi Solusi

’Ngawur Karena Benar’ bukan saja sebuah buku, tapi juga cara pandang. Begitu menurut si penulis, Sudjiwo Tedjo, dalam bedah bukunya kemarin malam di Togamas Affandi (Gejayan), Yogyakarta. Acara yang gayeng, tapi juga mendalam.

Di awal bedah buku yang begitu terasa sebagai diskusi ini, Mbah Tedjo membuka dengan pandangan tentang ketidakpercayaannya akan sejarah Indonesia yang dari dulu banyak disebut. “Saya nggak percaya Indonesia dijajah 300 tahun. Saya nggak punya data sejarah, tapi saya lihat orang-orang ini lapar senang, nggak lapar juga senang. Orang-orang kayak gitu… nggak mudah ditaklukkan sebenarnya,” ujarnya yang disambut gerr hadirin. “Saya feeling aja gitu, saya memang nggak punya data sejarah. Dan ternyata akhir-akhir ini muncul juga penemuan peneliti sejarah bahwa sebenarnya kita ini sengsara dijajah hanya sekitar 40an tahun. Yang lama penjajahannya itu di kraton-kraton, kerajaan-kerajaan…,” lanjutnya.

Mbah Tedjo melanjutkan, kalau saja dari dulu kita di Baca lebih lanjut