Ketika Penulis Bertutur

Hal sederhana tentang seorang penulis sejauh pengamatanku sebelumnya, yaitu kebiasaan dia menata logika di dalam tulisannya–yang tatanan itu sudah ada duluan di dalam kepalanya–tercermin pada kerapian tutur bicaranya. Bahkan ada penulis yang penuturannya terasa mudah dikutip dalam sekali dengar.

Kurang lebih sejak tiga minggu lalu beberapa acara yang diisi penulis buku kudatangi. Ada yang sifatnya berbagi wawasan, ada juga yang lebih bersifat pertunjukan. Namun rupanya pada salah satu acara tersebut aku menemukan penulis yang karyanya sudah banyak, hingga diterjemahkan ke bahasa asing, yang untuk bisa menangkap utuh maksudnya harus kuperhatikan betul kata demi kata yang diucapnya.

Maksud dia berbicara masih bisa terbaca arahnya ke mana. Tapi, sewaktu-waktu ada yang kurasa ucapannya Baca lebih lanjut

Melihat Hidayah Bekerja

Lagu. Suatu malam aku ke Indomaret dekat rumah dan sudah biasa kalau di sana terdengar lagu atau siaran radio dari speaker di sudut-sudut ruangan. Malam itu aku dengar satu lagu yang mengingatkanku pada obrolan empat tahun lalu dengan seorang rekan kerja, mbak-mbak perawat, waktu aku masih bekerja di lingkup rumah sakit. Obrolan kami jadi nyambung gara-gara sama-sama suka nulis. Aku waktu itu sudah menerbitkan satu buku, sedang dia sudah mengirimkan naskah ke salah satu penerbit ternama di Jogja namun belum ada kejelasan diterbitkan.

Lagu yang kudengar di Indomaret malam itulah yang dulu sayup terdengar di ruang apotek rumah sakit tempat kami ngobrol. Di tengah obrolan kami dia menyela, “Aku suka, nih, lagu ini. Bagus temanya,” sambil ia melanjutkan catatan tugasnya. Kupikir waktu itu lagu apa pun urusannya adalah asal enak didengar, sebagai komoditas jualan musisi dan label rekaman.

Di Indomaret malam itu rasanya beda dengan empat tahun lalu mendengarnya. Rasanya jadi paham perkataan Baca lebih lanjut

Mau nulis? Ini caranya.

Dengan atau tanpa FLP, aku akan tetap menulis.

Mungkin lebih tepatnya ‘harus’ ya? Tapi setidaknya ‘akan’ menunjukkan semangat untuk tetap suka nulis. 🙂

Hari ini aku buka blog Forum Lingkar Pena Wilayah Yogyakarta untuk lihat pengumuman apakah aku diterima jadi anggota FLP Yogyakarta setelah tes wawancara beberapa hari lalu. Dan… lihat nama-nama yang tampil dari atas sampai bawah: namaku nggak ada.

Apa boleh buat, toh aku nggak sendiri. Dari 43 yang terpanggil untuk ikut seleksi tes wawancara, yang akhirnya terpilih untuk jadi calon anggota ada 25 orang.

Harus legowo, lapang dada, ikhlas. Lha iya to, waktu tes wawancara aku jawab jujur ketika ditanya oleh salah satu pewawancara (anggota FLP angkatan sebelumnya). Salah satunya aku ditanya tentang Baca lebih lanjut