Kedung Darma Romansha: Membaca Puisi Adalah Kerja Intelektual

Minggu (25/02) malam lalu aku datang di peluncuran buku puisi Kedung Darma Romansha berjudul Masa Lalu Terjatuh ke Dalam Senyumanmu di ruang seminar Taman Budaya Yogyakarta.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Banyak pembahasan menarik dalam acara diskusi tersebut yang terpantik dari interaksi para pembicara dan penanya. Di bawah ini poin-poin yang sempat kucatat dari Joko Pinurbo (Jokpin) dan Kedung Darma Romansha pada sesi ulasan dan tanya jawab.

Catatan dari sesi bicara Jokpin

Tentang Salam

Salam berarti janji keselamatan dan rasa aman dari yang memberi kepada yang diberi. Aman dari niat, perkataan, dan perbuatannya.

Jika yang diunggah di sosial media adalah konten yang memberi rasa aman–syukur jika menyenangkan–bagi pembacanya, maka Baca lebih lanjut

Alasan

Anak muda itu tumbuh dewasa dengan pemandangan satu neneknya yang lumpuh hingga akhir hayat dan alzheimer pada neneknya satu lagi yang masih hidup. Satu kakeknya telah wafat sebelum ia lahir dan satu kakeknya lagi veteran perang kemerdekaan dengan kesehatan yang makin menurun.

Tak jarang ia terlibat diskusi dengan orangtuanya tentang pemeriksaan medis kakek dan neneknya. Perlahan ia menyadari bahwa kondisi tua seseorang tidak pernah diketahui pasti sejak muda.

Terbit kekhawatiran jika kelak ia mengalami Baca lebih lanjut

Berguru

Malam, malam ini. Buku ini. Menutup sebagian galauku akan pengembangan website.

Malam, sepuluh hari sebelum tanggal ulang tahun masehiku pada bulan terakhir 2013, aku mendengar puisi ini pertama kali dibacakan oleh penulisnya, Emha Ainun Nadjib. Puisi demi puisinya ia bacakan diiringi Gamelan Kiai Kanjeng. Merinding aku di akhir pertunjukan. Seperti ada daya magis yang muncul dari penataan cahaya, suara, dan gerak. Mungkin sejak itulah kesadaranku tentang seni pertunjukan iseng-iseng mulai tumbuh.

Salah satu yang berkesan kuat bagiku hari ini adalah Baca lebih lanjut